ENDOMETRITIS
A. Pengertian
Endometritis adalah peradangan yang terjadi
pada endometrium yaitu lapisan sebelah dalam dinding rahim. Endometritis masa
nifas adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi
pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
B. Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam
alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman
masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri).
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman
yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1.
Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya
secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2.
Staphylococcus aureus
Masuknya
secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang
menjadi sebab infeksi umum.
3.
Escherichia Coli
Sering berasal
dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius.
4.
Clostridium Welchii
Kuman ini
bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi
ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
Endometritis sering ditemukan pada wanita
setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis,
partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah
adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat
menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
1.
Waktu persalinan lama, terutama disertai
pecahnya ketuban.
2.
Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3.
Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan
dan disertai pecahnya ketuban.
4.
Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5.
Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta
secara manual).
6.
Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7.
Kelahiran secara bedah.
8.
Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
9.
Mikroorganisme yang
menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus , Brucella sp., Vibrio sp. danTrichomonas foetus .
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik
spesifik seperti Corynebacterium pyogenes,
Eschericia coli dan Fusobacterium
necrophorum .
10. Endometritis
biasa terjadi setelah kejadian aborsi , kelahiran kembar , serta kerusakan jalan kelahiran
sesudah melahirkan.
C. GAMBARAN
KLINIS
Gambaran klinis dari endometritis tergantung
pada jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada
jalan lahir. Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan
selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada
endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada
endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang
sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan
tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh
menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat
kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1.
Nyeri abdomen bagian bawah.
2.
Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3.
Kadang terjadi pendarahan.
4.
Dapat terjadi penyebaran :
a.
Miometritis
b.
Parametritis
c.
Salpingitis
d.
Ooforitis
e.
Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.
(Manuaba, I.
B. G., 1998)
Menurut
Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
1.
Takikardi 100-140 bpm.
2.
Suhu 30 – 400 celcius.
3.
Menggigil.
4.
Nyeri tekan uterus yang meluas secara
lateral.
5.
Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
6.
Sub involusi.
7.
Distensi abdomen.
8.
Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau
busuk, mengandung darah seropurulen.
9.
Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai
infeksi streptococcus.
10. Jumlah sel
darah putih meningkat.
D. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada
luka bekas insersio plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh
endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah
menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan
daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang
lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
E. KLASIFIKASI
Menurut Wiknjosastro (2002),
1.
Endometritis akuta (Terutama terjadi pada
masa post partum / post abortus)
Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortus terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada
endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit
berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab
yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi
gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada abortus
septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui
pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan
ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam
hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita
panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus
serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain
endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus
atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD
(intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung
dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut
tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis
akuta yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya
dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis
akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak
menjalar.
Tanda gejala
a.
Demam
b.
Lochea berbau : pada endometritis post
abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent.
c.
Lochea lama berdarah, terjadi metrorrhagi.
d.
Kalau radang tidak menjalar ke miometrium
atau parametrium tidak nyeri.
2.
Endometritis kronika
Endometritis
kronika tidak seberapa sering terjadi. Oleh karena itu infeksi yang tidak dalam
masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan
lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit
saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal
dalam endometrium. Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea
dan menorargia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis
kronis ditemukan pada:
a.
Pada tuberkulosis.
b.
Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau
partus.
c.
Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d.
Pada polip uterus dengan infeksi.
e.
Pada tumor ganas uterus.
f.
Pada salpingo – oofaritis dan selulitis
pelvik.
Endometritis tuberkulosa
terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang
menahun.
Pada abortus
inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili
korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus
dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan
organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa
yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis
kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing
atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejala :
a.
Flour albus yang keluar dari ostium.
b.
Kelainan haid seperti metrorrhagi dan
menorrhagi.
F. KOMPLIKASI
1.
Wound infection
2.
Peritonitis
3.
Adnexal infection.
4.
Parametrial phlegmon
5.
Abses pelvis
6.
Septic pelvic thrombophlebitis.
G. PENATALAKSANAAN
1.
Antibiotika ditambah drainase yang memadai
merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat
pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari
infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
2.
Cairan intravena dan elektrolit merupakan
terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk
pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat
mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3.
Pengganti darah dapat diindikasikan untuk
anemia berat dengan post abortus atau post partum.
4.
Tirah baring dan analgesia merupakan terapi
pendukung yang banyak manfaatnya.
5.
Tindakan bedah: endometritis post partum
sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks.
Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal
dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan
salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia telah
meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)